Miss Lonely - Run Away 2

Cuplikan Cerbung Sebelum nya:

Layar di belakang ku menanpil kan sebuah kamar dengan nomor yang tertera di pintu itu. Tiba-tiba pintu itu terbuka. Baju wanita yang ku kenal sebagai milik Ana berserakan di lantai. Dan sekarang layar menampilkan sepasang pria dan wanita yang sedang tertidur di atas tempat tidur. "Ya, ampun Ana" itu suara kepsek. "Dan kamu, matikan kamera itu sekarang" perintah kepsek saat video itu di pada cameramen.

¯¯¯¯¯¯¯

Sudah seminggu ini, aku tidak keluar kamar. Kali ini kamar tak ku kunci agar mama dan papa bisa masuk dengan bebas. Semua electronic devices aku matikan. Aku gak mau tahu tentang itu semua. Sudah cukup aku tak sanggup lagi melihat ini semua. Jadi ini semua jawaban dari kata-kata 'manis' Ka Adi tentang peneror itu. Ya, itu Karin entah untuk apa dia berbuat seperti itu. Tapi aku tidak menegerti kenapa Ana bisa ada di dalam kamar hotel dengan, ah sudah lah. Hati kecil ku berkata kalau Ana di jebak tapi kalau iya kenapa Ana gak datang kesini untuk menjelaskan itu semua. Dan, Ka Adi, mungkin dia sudah bahagia dengan kehidupan barunya di kampus barunya dengan cewe-cewe baru. Hiks, kenapa nyesek sekali.

"Ka, mama boleh masuk?" mama minta ijin untuk masuk ke dalam kamar ku. Semenjak kejadian di graduation kemaren, mama dan papa jadi sensitive untuk masuk ke dalam kamar ku. Mereka selalu minta ijin padahal ini tak pernah terjadi sebelumnya. 
"Masuk aja, ma" suara pintu kamar ku bergeser.
"Kamu mau makan gado-gado gak, Ka. Mama buatin ya" mama menawarkan gado-gado buatan nya yang sudah berada di tangan nya. Aku hanya mengangguk lemah. Padahal ini adalah makanan favorit ku dari dulu.
Mama mulai menyuapi sesuap gado-gado ke dalam mulut ku. "Mama sama papa sudah berdiskusi semalam" ucap mama memecah keheningan yang tercipta setelah gado-gado ini habis ku makan dari suapan mama. "Kamu mau pindah sekolah saja?" tawar mama padaku.
"Aku mau, ma. Tapi apakah akan ada perubahan nantinya?" aku ragu. Siapa yang tidak kenal dengan Karin. Anak salah satu mentri di Indonesia. Tak heran dia terkenal di dunia maya dan dunia lain. Pasti berita ini sudah menyebar kemana-mana. Dan tunggu, Ka Adi. Dia artis sosmed yang punya banyak fans baik di dunia maya maupun dunia hitam. Jadi, lari alias pindah bukan solusi untuk masalah ini.
"Mama ngerti sayang. Karena itu kita recommend bukan di Indonesia" aku kaget mendengar ucapan mama. Bukan di Indonesia berarti di luar negri dong.
"Terus?" tanya ku kaget.
"Kamu kan sudah les Bahasa Korea, kenapa gak lanjut disana saja sayang"
"Ma" aku meyela ucapan mama.
"Mama mengerti. Gak usah takut sayang. Kita ambil GED test dulu baru kamu stay di sana selama setahun untuk adaptasi, belajar bahasa, cari universitas baru setelah itu kamu kuliah disana. Gimana?" mama menawarkan penawaran yang bagus.
"Tapi, bagaimana dengan kalian?" aku kepikiran akan mama dan papa. Kalau aku pergi siapa yang akan menjaga mereka. Dan rumah ini pasti bertambah sepi.
"Asal kamu senang, kami pun senang" jawab mama sambil tersenyum.
"Dan mungkin sehabis itu kamu bakalan punya adik baru" kata papa yang sudah berada di dalam kamar.
"Ye, papa maunya aja" mama terlihat malu-malu.
"Hahaha… bagus tuh pah. Siapa tahu nanti Alika punya adik yang lucu" aku dan papa tertawa hanya mama terlihat malu-malu. Tak berlangsung lama mama pun ikut tertawa mendengar banyolan dari papa.
"Gini dong. Kalau kamu tertawa, mama sama papa kan jadi senang" ucap papa.
"Maafin, Alika ya" ucap ku tak enak hati. Mama dan papa pasti kepikaran aku terus sehingga mereka memutuskan untuk begini.
"Udah ah, masa lagi senang-senang langsung di rusak sih moment nya" aku dan papa tertawa melihat mama merajuk. Sungguh ini malam yang luar biasa indah yang Tuhan berikan kepada ku.

¯¯¯¯¯¯¯

Hasil test GED sungguh luar biasa. Aku lulus dengan point tertinggi. Tak percuma Om Alvin dan Auntie Audi mengajarkan aku dalam sebulan ini. Om Alvin adalah adik papa. Beliau di pindah tugaskan ke Jakarta dari Bandung. Berhubung Auntie Audi lagi hamil dan tak punya keluarga di Jakarta, mereka tinggal di rumah kami. Rumah pun bertambah kebahagiaanya dengan kedatangan mereka berdua.

¯¯¯¯¯¯¯

Mama trauma membawa aku ke sekolah itu lagi. Semua surat-surat dari sekolah mama yang urus. Banyak guru-guru yang bertanya mengapa aku pindah dan kemana? Mama menjawab aku akan homeschooling karena sudah ada gurunya, yaitu, Auntie Audi sekalian menjaga keluarga yang sedang sakit. Mendengar jawaban dari mama guru-guru itu tidak banyak bertanya lagi. Tapi, banyak yang berharap aku datang berkunjung ke sekolah lagi.

Hari ini, setelah selesai mengurus visa dari Embassy Korea, aku minta Mang Ujang mengantarkan aku ke sekolah lama ku. Mama awalnya menolak mendengar ide dari ku. Mama bisa luluh setelah aku dan Auntie Audi menyakinkan dengan syarat, mama harus ikut kemana pun aku pergi selagi berada di sekolah itu. Aku tak masalah. Hingga akhir nya Auntie Audi merasa kan sakit pada perut nya, membuat mama harus mengatar Auntie Audi ke rumah sakit. Mama tak rela melepaskan ku seorang diri, tapi kue yang sudah kami buat terlalu banyak dan tak mungkin dibuang. Mama harus merelakan aku pergi dengan dikawal oleh Mang Ujang. Itu perjanjian nya.
"Mang, disini aja ya"
"Tapi, Neng kata ibu.." aku memotong ucapan Mang Ujang.
"Percaya sama, Alika, Mang. Alika baik-baik saja. Oke?" aku merayu Mang Ujang. Tak enak hati aku pada Mang Ujang kalau dia harus melihat aku di bully oleh Karin lagi. Walaupun kemungkinan nya kecil karena ini sedang jam belajar-mengajar.
"Neng, Mang Ujang ngerti. Tapi janji ya, jangan sedih-sedih lagi. Kalau ada apa-apa bilang sama Mang Ujang ya" aku hanya menganggukan kepala dan meninggalkan mobil. Mang Ujang pasti merasa khawatir aku akan di bully. Tapi, bila aku tidak pamit sebelum besok pergi, rasanya kurang plong. Setidak nya aku sudah pamit dengan niat yang baik. Sisa nya biar Tuhan saja yang atur. Aku bertemu dengan satpam sekolah yang berada di depan pintu gerbang. 
"Pak Andi, gimana kabar?" tanya ku ramah.
"Eh, Neng Alika, udah lama gak keliatan kemana aja?" tanya Pak Andi balik.
"Ih, si bapak mah kalau di tanya pasti nanya balik" Pak Andi hanya nyengir saja. "Kabar saya baik, pak. Saya tuh mau kasih ini buat Pak Andi dan satpam-satpam lain nya" kata ku sambil mengeluarkan satu kotak kue bolu buat Pak Andi.
"Aduh, Neng. Baik banget euy. Nanti saya bagi-bagi sama satpam-satpam yang lain ya. Tapi ini dalam rangka apa ya, Neng?" tanya Pak Andi penasaran.
"Saya tuh mau pamit, Pak. Saya mau belajar yang jauh" jawab ku berusaha tegar.
"Aduh, Neng jangan jauh-jauh atuh. Nanti yang jaga negara kita siapa? Bapak udah gak kuat maklum udah tua" aku tersenyum mendengar candaan dari Pak Andi.
"Nanti saya balik lagi kalau sudah tenang"
"Jangan di pikirin, Neng. Itu semua cuman kerjaan si Karin. Sekarang tahu rasa kan dia di hukum sama masyarakat" aku tidak mengerti akan ucapan Pak Andi. "Tapi, dia mah tetap aja gak berubah. Masih sama" sambung Pak Andi.
"Udah ah, pak. Kok kita jadi ngegossip sih" aku tak mau tahu dengan Karin. Aku hanya ingin pamit bukan bergossip. "Saya kedalam dulu ya. Mrs. Eva ada kan?" tanya ku pada Pak Andi.
"Ada, Neng. Masuk gih" aku pun meninggalkan Pak Andi dan masuk ke koridor sekolah.

Sekolah Cendrawasih ini sangat terkenal di Jakarta. Tak heran banyak artis, anak-anak pejabat bersekolah disini. Selain fasilitas yang lengkap, sekolah ini terbuka dari Kindergarten sampai High School. Aku pindah ke Cendrawasih karena sekolah ku yang dulu tidak membuka untuk tingkat High School. Aku melewati kantin sekolah tempat ku dulu duduk, nongrong, makan, bercanda bersama Ana. Aku terdiam melihat kantin ini. Memori itu datang dalam kepalaku. Semua yang kulalui bersama Ana di kantin ini. 
"Eh, Alika. Kok diem aja sih?" tanya Ka Joe salah satu temen Ka Adi.
"Eh, Ka Joe kok disini?" tanya ku kaget.
"Ye, ngelamun ya, Ka? Gak baik lho" aku tersenyum saja. "Gua lagi main basket. Bosen di rumah melulu" jawab nya santai.
"Oh" 
"Lu sendiri kenapa disini? Mana gak pake seragam lagi" tanya Ka Joe bingung.
"Mau jalan-jalan kak" jawab ku sekenan nya.
"Lu bolos ya, Ka? Sejak kapan ya Alika yang gua kenal jadi badung begini?" tanya Ka Joe heran.
"Emang kakak kenal aku kaya gimana?" goda ku pada Ka Joe.
"Alika yang kuat, tegar, gak peduli gossip, setia kawan, pinter dan cantik lagi" pujian Ka Joe membuat aku malu dan tersipu. "Gak salah Adi milih lu" sambung nya membuat ku kesal. "Lu kemana sih, Ka kok pas prom gak datang?" tanya Ka Joe membuka luka itu lagi.
"Ada kok, Ka tapi gak enak badan jadinya balik deh" jawab ku jujur. Memang aku tak enak badan kok setelah kejadian itu.
"Lu, tuh ya kabarin ke. Adi padahal nungguin lu lho" Ka Joe meminum es jeruk pesanan nya. "Lu mau, Ka?" tawar Ka Joe pada ku. Aku hanya diam saja."Tenang aja, gua gak bakalan kasih tahu Adi kalau lu disini" ucap Ka Joe seolah tahu isi hati ku.
"Aku udah kenyang, Ka" jawab ku diplomatis.
"Gak ada kata kenyang dalam kamus gua. Kang Asep, siomay special buat Alika satu ya" teriak Ka Joe pada Kang Asep.
"Special, Ka?" tanya ku bingung.
"Adi bilang, lu gak suka terlalu banyak bumbu kacang dan pedes kan? Terus jeruk nipisnya dipisah" ucap Ka Joe. Kenapa musti ada namanya dia lagi sih.
"Nih, Neng. Maapin Kang Asep ya bumbu yang biasa di kasih sama Mas Adi habis jadinya cuman pake kecap sama jeruk nipis aja ya" ucap Kang Asep sedih. 
"Yang biasa juga gak papa kali, Kang"
"Masalah nya, yang biasa itu yang di kasih sama Mas Adi tapi udah seminggu ini dia gak kesini. Lagi pula Neng Alika juga baru sekarang kelihatan. Kemana aja sih, Neng?" aku hanya tersenyum mendengar ucapan Kang Asep.
"Saya ada urusan, Kang" jawab ku diplomatis. "Oh, iya Kang, ini ada kue buat Kang Asep dan temen-temen yang lain" aku mengeluarkan dua kotak kue buat para penjual kantin ini.
"Aduh, hatur nuhun ya, Neng Alika. Semoga makin geulis ya. Nanti ini saya bagi-bagi kan sama teman-taman yang lain" kata Kang Asep sambil berlalu pergi.
"So?" tanya Ka Joe setelah Kang Asep pergi.
"Apa, kak?" tanya ku bingung.
"Kenapa gua gak di kasih kue dan kenapa juga lu gak masuk kelas?" tanya Joe penasaran.
"I will tell you, Ka. But, promise me that you never tell to others" aku mengalah. Mungkin sudah saat nya aku mengatakan yang sebenarnya.
"I'm promise" ucap Ka Joe sambil mengulurkan jari kelilingkin nya dan membuat pinky promise. Kami tertawa karena tindakan kami seperti anak kecil. Setelah itu semua cerita dan unek-unek ku terbagikan kepada Ka Joe. Mulai dari Ka Adi yang suka godain aku, graduation sampe prom yang baru sebulan kemaren terjadi hingga aku memutuskan untuk pergi.
"Hm, ini versi gua ya, Al" ucap Ka Joe setelah aku selesai bercerita. "Ini hanya untuk perbandingan ke elu aja sih" sambung nya. "Oke, gua rasa itu semua hanya Adi yang berhak menjelaskan tapi soal prom, itu bukan Ana sahabat lu tapi Ana alumni, setahun di atas gua" aku bingung dari mana Ka Joe tahu itu. Secara semua itu menunjukan bukti bahwa itu adalah Ana Veronica.
"Kak" panggil ku pelan.
"Gua tahu lu pasti bingung. Gua tahu itu karena nyokab gua kepsek" ucap Ka Joe berat hati. "Gua gak mau ada yang tahu kecuali mereka anak-anak dan elu Na" sambung nya.
"Ka, cukup. Aku ngerti. Tapi ini sudah final" aku tak mau mendengarkan apa pun itu. Sudah cukup semua ini. Tapi Ka Joe seakan tak terima dengan keputusan ku. "Please, Kak" pinta ku. "You're the only we that I have now. You're my big brother" sambung ku.
"Thank you, Al tapi please jangan pernah lu pendem lagi. Cerita sama gua karena mulai sekarang gua big brother lu" Ka Joe mengalah.
"Kalau begitu, ayo kita pergi ke ruang guru, Ka" pinta ku pada Ka Joe. Seolah mengerti, Ka Joe pun pergi bersama ku. Kami pergi ke ruang Mrs. Eva setelah membayar makanan di kantin. Tak lupa pula para pedagang di kantin mengucap kan terima kasih karena aku sudah memberikan kue buat mereka.
"Al, do you want to take pitcure?" tanya Ka Adi saat kami masih berada di kantin. 
"Boleh, Ka. Untuk kenang-kenangan" jawab ku. Ku kira hanya aku dan Ka Joe ternyata aku salah. Aku berfoto dengan seluruh pedagang di kantin. Aku tertawa setelah selesai berfoto.
"Why?" tanya Ka Joe bingung.
"Aku kita kita mau foto berdua, eh tahu nya sama mereka, Ka. Makasih ya" kami pun tertawa bersama.

Di ruangan Mrs. Eva aku mengucap kan terima kasih dan pamit. Berhubung banyak guru-guru yang sedang mengajar aku menitip kan kue-kue itu pada Mrs. Eva. Tak lupa aku berfoto dengan Mrs. Eva sebagai kenang-kenangan. Mrs. Eva sedih dan tak ingin aku pergi sama seperti Ka Joe, keputusan ku sudah final. Saat aku keluar dari ruangan Mrs. Eva, aku bertemu dengan Pak Valdi sedangkan Ka Joe masih ada urusan dengan ibunda nya.
"Alika, kamu mau kemana?" tanya Pak Valdi pada ku,
"Saya mau pamit, Pak" jawab ku sedih.
"Bapak sedih harus kehilangan murid seperti kamu" ucap Pak Valdi sambil merapihkan kacamata nya. Beliau juga merasa sedih dan ingin menangis seperti diri ku. Tapi sekali lagi, ini sudah final.
"Udah ah, Pak jangan nangis aja" ledek Ka Joe yang ternyata sudah berada di sampingku.
"Kamu ini Joe gak sopan" ucap Pak Valdi sambil tertawa. "Kamu mau pamit dengan teman-teman kamu?" tanya Pak Valdi padaku. Aku ingin sih, sanggat ingin malah, tapi aku tidak siap.
"Ada aku, sist" bisik Ka Joe padaku. Aku pun mengangguk lagi pula kue nya masih bersisa kok.
"Ayo kalau begitu ikut bapak. Berhubung anak-anak lagi pada ngumpul di auditorium" ajak Pak Valdi pada kami. Kami pun mengikuti Pak Valdi sambil tertawa dan bercanda.

¯¯¯¯¯¯¯

Kami sudah berada di depan pintu auditorium. Ka Joe menggenggam tangan ku agar aku kuat. Pintu pun di buka oleh Pak Valdi. Suara riuh terdengar disana sini.
"Mereka lagi mau pemilihan ketua OSIS baru" ucap Pak Valdi menjelaskan kan. Pak Valdi mengantar kan ku pada guru-guru yang berada di belakang mereka senang dan meminta ku untuk bernyanyi lagi, begitu pula dengan Mrs. Eva yang sudah berada di dalam auditorium. Aku tak tega karena mereka bilang, ini untuk yang terakhir kalinya bisa melihat aku menyanyi di SMA ini.
“Gua main gitar buat lu Al, lu nyanyi ya” ucap Ka Joe gak kalah semangat dari yang lain. “Ini bisa jadi cara untuk membersihkan nama baik lu” benar kata Ka Joe. Mungkin in jalan dari Tuhan karena hati ku tulus untuk pamit.

Aku terima permintaan dari guru-guru dan Ka Joe. Kali ini aku menyanyikan lagu barat. Bukan karena aku tak cinta Indonesia tapi, lagu ini cocok sekali untuk keadaan ku sekarang. Titanium – David Guetta.
Pak Valdi mengambil alih acara sebentar. “Anak-anak, saat ini ada teman kalian yang mau pamit” ucap Pak Valdi kepada murid-murid sehingga suasana menjadi kurang kondusif. Mereka bertanya-tanya antara satu dengan yang lain. “Sudah lah saya panggil kan saja dia. Tapi, saya mohon agar kalian tenang dulu dan jangan ribut” ucap Pak Valdi tajam dan ruangan di auditorium menjadi tenang kembali. “Alika silahkan maju” panggil Pak Valdi padaku.  Banyak suara-suara tak enak di dengar keluar dari murid-murid disini. Bahkan, beberapa anak baru pun ikutan mencibir ku. Seolah mengerti, Ka Joe menggenggam tangan ku untuk memberikan kekuatan.
“Hai semua nya” sapa ku dengan keadaan gugup. “Aku hanya mau ijin saja. Mungkin ini pertemuan terakhir kita di sekolah ini” ucap ku mantab. Aku menarik nafas sebentar karena kata-kata tadi yang lancar ku keluarkan tapi juga karena tak sengaja aku melihat Ka Adi berada di samping panggung bersama guru-guru. “Kali ini, aku bersma Ka Joe akan membawa kan sebuah lagu. Tapi sebelum nya aku minta maaf kepada guru-guru dan staff bila aku ada salah. Dan kepada teman-teman sekalian, aku juga minta maaf. Dan buat kalian para haters ini lagu buat kalian” kata ku sambil menatap pada teman-teman ku yang duduk di bawah panggung. Biarkan saja mereka marah aku tak peduli. Dan suara tak terima pun terdengar entah dari siapa.

Ka Joe mulai memetik gitar saat aku mengganggukan kepala ku. Intro yang sanggat indah dari Ka Joe seorang.
You shout it out,
But I can’t hear a word you say
I’m talking loud, not saying much
I’m criticized but all your bullets ricochet
You shoot me down, but I get up
Saat aku mau masuk ke chorus Ka Joe menjadikan gitarnya sebagai drum.
I’m bulletproof, nothing to lose
Fire away, fire away
Ricochet, you take your aim
Fire away, fire away
You shoot me down but I won’t fall
I am titanium
You shoot me down but I won’t fall
I am titanium
Entah mengapa di bagian chorus ini aku mendapatkan kekuatan untuk menatap para haters ku satu-satu tapi belum termaksud Karin. Entah kemana dia kemana sekarang.
Cut me down
But it’s you who’ll have further to fall
Ghost town and haunted love
Raise your voice, sticks and stones may break my bone
I’m talking loud not saying much
Ana, hanya itu yang ada di pikiran ku saat ini. Kenapa kamu pergi? Kenapa kamu gak datang ke rumah? Pertanyaan ini muncul saat aku melihat Ana berdiri di samping Pak Valdi dan Ka Adi. Sedangkan Ka Adi senyum merekah.
I’m bulletproof, nothing to lose
Fire away, fire away
Ricochet, you take your aim
Fire away, fire away
You shoot me down but I won’t fall
I am titanium
You shoot me down but I won’t fall
I am titanium
Lega. Itu perasaan ku. Apalagi guru-guru ikut menanyi bersama ku. Teman-teman yang lain juga ikut menyanyi dan meneriakan kata-kata I am titanium. Ku ulang kata-kata itu sebanyak tiga kali bersama-sama.
Stone-heart, machine gun
Firing at the ones who run
Stone heart love bulletproof glass
Sambung Ka Joe pada lagu ini sontak membuat ku berjalan ke arahnya sambil tersenyum.
I’m bulletproof, nothing to lose
Fire away, fire away
Ricochet, you take your aim
Fire away, fire away
You shoot me down but I won’t fall
I am titanium
You shoot me down but I won’t fall
I am titanium
I am titanium
I am titanium
Kami bernanyi bersama-sama seolah-olah semua masalah sudah hilang.

I am titanium. Kata-kata terakhir sebelum aku dan Ka Joe membungkukan badan dan tersenyum. Kami pun turun dari atas panggung menghampiri Mrs. Eva yang sudah berada bersama-sama Ka Adi dan Ana sedangkan Pa Valdi, naik ke panggung untuk mengucap kan terima kasih kepada aku dan Ka Joe.
“Alika” panggil Ana padaku yang ku jawab dengan senyuman. “Jadi?” tanyanya singkat. Seperti biasa pasti Ana penasaran kemana saja aku selama ini.
I’m leaving tomorrow” jawab ku atas pertanyaan nya. “Thank you for everything” sambung ku masih tetap tersenyum. Ana terlihat bingung dan sedih. “No hug?” Tanya ku sedih saat Ana masih terlihat binggung. Seolah sadar bahwa aku baik-baik saja, Ana langsung memeluk ku sambil menangis. Aku pun mengelus punggung nya. “Sst, udah lah, Na. Malu tahu di liatin sama yang lain” goda ku pada Ana.
“Abis, elu gak bilang sih kalau mau pergi” kata Ana di sela tangis nya.
“Elu yang gak ada kabar, Na. By the way, ini kue buat anak-anak ya. Gua harus pamit sekarang” kata ku sambil melepaskan pelukan ku.
I still can contact you, right?” Tanya Ana takut.
“Iya. I need to go now” kata ku sambil meninggalkan kue itu di tangan Ana.

Aku merasa lega dan tenang sekarang. Tapi tidak dengan yang lain. Liat saja sekarang, baru keluar dari auditrorium, Karin and the geng sudah berada di hadapan ku.
“Well, well, well” ucap nya sinis. “Ternyata lu masih berani juga ya. Gua kira lu udah enyah dari bumi ini” sabar Alika. Hanya kata-kata itu yang ku ucapkan dalam hati. “Geng, seperti nya dia belum kapok juga ayo kita..”
“Mau lu apain lagi dia?” Tanya Ka Adi di belakang ku. Aku gak mau berbalik badan, cukup sudah aku punya banyak masalah karena dirinya.
“Mau di ajak main, Ka” jawab Karin manja.
“Bisa nanti aja kan? Alika banyak urusan” ucap Ka Adi galak.
“Tapi ini sebagai tanda perpisahan” Karin tak mau menyerah. Aku hanya pergi meninggalkan mereka. Males liat orang berkelahi. Tangan Pamela, anak buah Karin menahan ku saat aku mau pergi.
“Biarin dia pergi” sambung Ka Joe. Pamela melepaskan tangan ku dengan takut. Aku melihat kearah Ka Joe. Ternyata Ka Adi and the geng plus Ana sudah berada di belakang ku. “Biar gua sama Ana yang antar dia” Ka Joe dan Ana membawa ku pergi dari hadapan mereka semua.
“Jangan kabur, lu” ucap Ka Adi saat  Karin and the geng mau lari. Terlambat. Ka Vino, Ka Bas, dan Ka Tian sudah berada di belakang mereka semua, menahan group lima orang centil ini.

¯¯¯¯¯¯¯

“Al, keep contact ya” pinta Ka Joe saat Mang Ujang sudah berada di depan kami.
“Take care, Al” sambung Ana.
“Guys, can you do a favor for me?”
“Apa itu, Al?” Tanya Ka Joe.
Please, don’t allow Ka Adi to meet me until I’m leaving” pinta ku sanggat pada mereka berdua.
“It’s hard” celetuk Ka Joe.
“I will do it. Kalau lu senang gua juga senang” ucap Ana sambil tersenyum.
“Na, lu tahu kan resiko nya?” Tanya Ka Joe gak yakin.
“I know. Gua mungkin gak bakal antar Alika tapi ini demi kebaikan dia, Ka” Ka Joe gak terima atas ucapan Ana. “Please, Ka. Do you have a better idea?” Tanya Ana sinis.

“I have” ucap Ka Joe semangat. “I will do it for the sake of you, girls. I know, that you need time to make everything clear” kata Ka Joe meninggal kan kami berdua. Ya, kami memang membutuh kan waktu untuk menyelesaikan semuanya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Miss Lonely- The Beginning

Miss Lonely - Graduation

Rasa